KERAGAMAN INDIVIDU
A. Perbesaan Individu
Anak-anak berbeda antara
yang satu dengan yang lainnya. Beberapa diantara perbedaan tersebut masih
berada pada taraf normal, sehingga tidak memerlukan kebijakan khusus. Perbedaan
individual seorang anak akan terjadi pada setiap aspek perkembangan anak itu.
Aspek perkembangan tersebut di antaranya adalah pada aspek perkembangan fisik,
intelektual, moral, maupun aspek kemampuan. Perbedaan pada aspek perkembangan
fisik jelas terlihat dari perbedaan bentuk, berat, dan tinggi badan. Selain
itu, perbedaan fisik juga dapat diidentifikasi dari segi kesehatan anak.
Sedangkan perbedaan pada aspek perkembangan intelektual dapat dilihat sejalan
dengan tahapan usia, kemampuan anak pun meningkat.
B. Labeling
Sebuah label tidak
menunjukkan metode mana yang digunakan untuk individu-individu siswa. Sebagai
contoh, hanya sedikit “perlakuan” spesifik yang secara otomatis
mengikuti “diagnosis” disabilitas intelektual; ada banyak macam strategi
dan materi pengajaran yang appropriate. Labih lanjut, label dapat
menjadi self-fulfilling prophecy. Setiap orang (guru, orang tua, teman
sekelas bahkan siswa) mungkin melihat sebual label sebagai stigma yang tidak
dapat diubah.
C. Hakekat Perbedaan Individu
Salah satu keberanian utama
seorang guru adalah menghadapi tugas besar dalam melayani perbedaan diantara
siswa di dalam kelas. Perbedaan-perbedaan tersebut dalam hal:
1.
Perbedaan inteligensi (kecerdasan)
2.
Perbedaan Gaya Pembelajaran
3.
Perbedaan Kepribadian dan Temperamen
D. Dampak Perberbedaan Terhadap
Pembelajaran
1.
Dampak
Perbedaan Budaya
Budaya
sangat mempengaruhi pengajaran dan pembelajaran. Banyak aspek budaya mempunyai
andil bagi identitas dan konsep diri pelajar dan mempengaruhi keyakinan dan
nilai, sikap dan harapan, hubungan sosial, penggunaan bahasa dan perilaku lain
pelajar.
2.
Dampak Perbedaan Status Sosio-ekonomi
Salah
satu hal penting yang membedakan siswa-siswa satu sama lain adalah kelas
sosial. Dikota-kota besar dimana hampir setiap orang mempunyai suku dan agama
yang sama, anak-anak bankir, dokter, dan guru mempunyai pengasuhan yang berbeda
dari pada yang dialami anak-anak kebanyakan buruh tani atau pekerja rumah.
3.
Dampak Perbedaan Suku dan RAS
Faktor
penentu utama budaya di mana siswa akan dibesarkan adalah asal-usul etnis
mereka. Kelompok etnis adalah kelompok yang menjadi tempat orang-orang
mempunyai identitas bersama, biasanya karena tempat asal yang sama, agama, dan
ras.
4.
Dampak Perbedaan Jender
Banyak
perbedaan yang didukung antara pria dan wanita jelas terkait dengan perbedaan
dalam sosialisasi dini, ketika anak-anak mempelajari perilaku peran jenis
kelamin yang dianggap sebagai sesuatu yang tepat.
5.
Dampak Perbedaan Bahasa dan Program Dwibahasa
Siswa
yang memiliki kemahiran bahasa inggris terbatas menyodorkan dilema bagi sistem
pendidikan. Jelas, orang-orang yang memiliki kemahiran terbatas dalam bahasa
inggris perlu belajar bahasa inggris untuk berfungsi dengan efektif dalam
masyarakat.
6.
Dampak Perbedaaan Lingkungan Keluarga
Anak
dari keluarga berada dengan pendidikan yang memadai biasanya datang ke sekolah
dengan latar belakang berbagai pengalaman lebih cenderung menjadi pebelajar
yang cepat.
E. Pendidikan
Multikultural
Banks (1993 dalam Slavin, 2008) mendefinisikan
pendidikan multicultural sebagai sesuai yang meliputi seluruh kebijakan dan
praktek yang dapat digunakan sekolah untuk meningkatkan hasil pendidikan bukan
hanya dari siswa berlatar belakang etnis, kelas soaial dan agam yang berbeda,
melainkan juga bagi siswa dari jender yang berbeda dan pengecualian (misalnya
anak-anak yang mempunyai keterbelakangan jiwa, kehilangan pendengaran, atau
kehilangan penglihatan atau yang berbakat). Menurut Banks ada 5 dimensi utama
pendidikan multicultural, antara lain:
1.
Integrasi
isi.
2.
Konstruksi
Pengetahuan
3.
Pengurangan
Prasangka
4.
Pedagogi
Keadilan
5.
Budaya
sekolah yang memberdayakan
F. Menghadapai Perbedaan Individu di dalam
Kelas
Terdapat bermacam-macam cara untuk menghadapi
perbedaan individu terkait dengan kemampuan dasarnya. Bswa dengan kemampuan
rata-rata cenderung berorientasi pada buku, pebelajar lambat tidak diharapkan
mampu membicarakan semua topik dalam progra reguler, dan pebelajar cepat
cenderung memerlukan pendalaman materi dan pengayaan dalam pemecahan masalah. Pebelajaran
lambat dalam tingkat penyelidikan memerlukan bantuan benda-benda konkrit,
sementra pebelajar cepat memerlukan penguasaan. Terdapat dua keuntungan
memiliki siswa yang memiliki perbedaan tingkat kedewasaan dan kemampuan
operasi. Pertama, program relative mudah untuk dikelola. Semua siswa memulai
setiap unit secara bersama-sama dalam sebuah kelompok. Kedua, efektif dalam
pemberian tugas dan pengelolaannya
Sumber:
Meha, Nehru. (2014). BAHAN AJAR, Orientasi Baru
Dalam Psikilogi Pendidikan. Jakarta: Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Mendapatkan Nilai
Pada Mata Kuliah Pembelajaran PKN di SD
Dosen: Dirgantara Wicaksono, M.Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar