Translate

Sabtu, 23 Mei 2015

LANDASAN FILOSOFIS DAN PSIKOLOGIS PENGEMBANGAN KURIKULUM



LANDASAN FILOSOFIS DAN PSIKOLOGIS
PENGEMBANGAN KURIKULUM

Pendidikan mempunyai peran sangat penting dalam keseluruhan aspek kehidupan manusia. Hal itu disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan manusia. Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang cukup sentral dalam seluruh kegiatan pendidikan, menentukan proses plaksanaan dan hasil pendidikan. Penyusunan kurikulum tidak dilakukan dengan sembarangan. Penyususnan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang disasarkan dengan hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam.
Ada beberapa landasan utama dalam pengembangan suatu kurikulum yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan social budaya, serta pengembangan ilmu dan teknologi.

A.    Landasan Filosofis
Secara harfiyah filosofis (filsafat) berarti “cinta akan kebijakan”. Pemikiran dalam filsafat sering disebut sebagai pemikiran radikal, atau berfikir sampai ke akar-akarnya. Berfilsafat diartikan juga berfikir secara radikal, berfikir sampai ke akar. Secara akademik, filsafat berarti upaya untuk menggambarkan dan menyatakan suatru pandangan yang sistematis tentang alam semesta dan kedudukan manusia di dalamnya. Berfilsafat berarti menangkap synopsis pristiwa-pristiwa yang simpang siur dalam pengalaman manusia.
Ada tiga cabang besar filsafat, yaitu metafisika yang membahas segala yang ada di dalam alam ini, epistemology yang membahas kebenaran dan aksiologi yang membahas nilai.
Filsafat membahas segala permasalahan yang dihadapi oleh manusia termasuk dalam masalah-masalah pendidikan ini yang disebut filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan ini hanya merupakan aplikasi dari pemikiran-pemikiran filosofis untuk memecahkan masala-masalah pendidikan.

1.      Dasar-dasar Filsafat Dewey
Ciri utama fisafat Dewey adalah konsepsinya tentang dunia yang selalu berubah, mengalir, atau on going-ness. Ciri lain filsafat Dewey adalah anti dualistic. Pandangannya tentang dunia adalah monistik dan tidak lebih dari sebuah hipotesis.
Filsafat Dewey lebih berkenan dengan epistemology dan tekanannya kepada proses berfikir. Dalam filsafat Dewey kebenaran itu terletak dalam perbuatan atau truthis in the making, yaitu adanya persesuaian antara hipotesis dan kenyataan.
Dewey sangat menghargai peranan pengalaman, merupakan dasar bagi pengetahuan dan kebijakan. Pengalaman itu mencakup segala aspek kegiatan manusia, baik yang berbentuk aktif maupun yang pasif.
Tujuan perkembangan manusia adalah self realization. Pengertian self bagi Dewey adalah sesuatu yang kongkret bersifat empiris tidak dapat dipisahkan dari pengalaman dan lingkungan. Self realization hanya dapat diperoleh melalui pengalaman dan interaksi dengan yang lain.

2.      Teori Pendidikan Dewey
Pendidikan menurut John Dewey adalah perkembangan sejak lahir hingga menjelang kematian. Jadi, pendidikan itu juga berarti kehidupan. Ini berarti bahwa proses pendidikan itu tidak mempunyai tujuan di luar dirinya, tetapi terdapat dalam pendidikan itu sendiri. Pendidikan itu merupakan organisasi pengalaman hidup, pembentukan kembali pengalaman hidup, dan juga perubahan pengalaman hidup sendiri.
Pendidikan merupakan suatu lembaga yang konstruktif untuk memperbaiki masyarakat. Realisasi pendidikan dalam bentuk perkembangan bukan hanya perkembangan anak dan pemuda-pemuda melainkan juga perkembangan masyarakat. Tujuan pendidikan diarahkan untuk mencapai suatu kehidupan yang demokratis. Tujuan pendidikan merupakan usaha agar individu melanjutkan pendidikannya. Tujuan pendidikan terletak pada proses pendidikan itu sendiri, yakni kemempuan dan keharusan individu meneruskan perkembangannya.
Sekolah sebagai lingkungan yang khusus hendaknya memberikan penghasilan social, dengan cara mendorong kegiatan-kegiatan yang bersifat interistik, dalam suatu arah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat melalui imitasi, persaingan sehat, kerja sama, dan memperkuat control. Dalam sekolah progresif, yaitu sekolah-sekolah yang menerapkan system pendidikan Progresif dari Jhon Dewey, sumber dari control social terletak pada sifat kegiatan yang berisikan kerja sama social.

B.     Landasan Psikologis
Kondisi psikologis setiap individu berbeda, karena perbedaan terhadap perkembangannya, latar belakang social-budayanya, dan juga karna perbedaan factor-faktor yang dibawa dari kelahirannya. Interaksi pendidikan di rumah sangatlah berbeda dangan di sekolah, interaksi antara anak dengan guru pada jenjang sekolah dasar berbeda dengan jenjang sekolah lanjutan pertama dan sekolah lanjutan atas.
Peserta didik adalah individu yang sering berada dalam proses perkembangan. Tugas utama yang sesungguhnya dari pada pendidik adalah membantu perkembangan peserta didik secara optimal. Perkembangan atau kemajuan-kemajuan yang dialami anak sebagai besar terjadi karena usaha belajar, baik berlangsung melalui proses peniruan, pengingatan, pembiasaan, pemahaman, penerapan, maupun pemecahan masalah. Pendidik atau guru melakukan berbagai upaya, dan menciptakan kegiatan dengan dukungan berbagai alat bantu pengajaran agar anak-anak belajar. Cara belajar mengajar mana yang dapat memberikan hasil secara optimal serta bagai mana proses pelaksanaannya membutuhkan studi yang sistematik dan mendalam.
Studi yang demikian merupakan bidang pengkajan dari Pisikologi Belajar. Jadi, minimal harus ada dua bidang psikologi yang mendasarkan perkembangan kurikulum, yaitu Psikologi Perkembangan dan Psikologi Belajar.

1.      Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan membahas perkembangan individu sejak masa konsepsi, yaitu masa pertemuan spermatozoid dengan sel telur, sampai dengan dewasa.

a.       Metode Dalam Psikologi Perkembangan
Pengetahuan tentang perkembangan individu diperoleh melalui studi yang bersifat longitudinal, cross sectional, psikoanalitik, sosiologik, atau studi khusus.
Studi longitudinal menghimpus informasi tentang perkembangan individu melalui pengamatan dan pengkajian perkembangan sepanjang masa perkembangan anak, dari saat lahir hingga dewasa. Metode cross sectional  mempelajari beribu-ribu anak dari berbagai tingkatan usia, mencatat ciri-ciri fisik dan mental, pola perkembangan dan kemampuan, serta prilaku anak. Studi psikoanalitik mempelajari perkembangan anak pada masa-masa sebelumnya, terutama pada masa kanak-kanak (balita). Metode sosiologik mempelajari perkembangan anak dari tuntunan akan tugas-tugas yang harus dihadapi dan dilakukan dalam masyarakat. Merode khusus tentang perkembangan kognitif anak.
Individu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan, untuk mempermudah penelitian, biasanya pembahasan dilakukan per aspek perkembangan. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya. Para ahli psikologi perkembngan tidak selalu mempunyai pendapat yang sama tentang perkembangan.
Adanya perbedaan-perbedaan sering menimbulkan kebingungan pada guru, tetapi justu akan memperluas dan memperkaya pengetahuan para pemakai teori-teori perkembngan anak.

b.      Teori Perkembangan
Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan individu, yaitu:
1)      Pendekatan Pentahapan (stage approach)
Perkembangan individu berjalan melalui tahap-tahap perkembangan. Setiap tahap perkembangan mempunyai karakteristik tertentu yang berbeda dengan tahap yang lainnya.

2)      Pendekatan Diferensial (differential approach)
Bahwa individu memiliki persamaan dan perbedaan. Atas dasar persamaan dan perbedaan tersebut individu dikatagorikan atas kelompok-kelompok yang berbeda.

3)      Pendekatan Ipsatif (ipsative approach)
Pendekatan yang berusaha melihat karakteristik individu-individu inilah yang dikelompokan sebagai pendekatan ipsatif.

2.      Psikologi Belajar
Psikologi belajar merupakan suatu studi tentang bagai mana individu belajar. Secara sederhana, belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi melalui pengalaman. Segala perubahan tingkah laku baik yang berbentuk kognitif, afektif, maupun psikomotor dan terjadi karena peroses pengalaman dapat dikatagorikan sebagai prilaku belajar.
Di dalam psikologi belajar terdapat tiga teori yang dikemukakan Morris L. Bigge dan Maurice P. Hunt (1980), yaitu Teori Disiplin Mental, Teori Behaviorisme, dan Teori Cognitive Gestalt Field.




Sumber:
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2011). PENGEMBANGAN KURIKULUM, Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Nilai
Pada Mata Kuliah Pembelajaran PKN di SD
Dosen: Dirgantara Wicaksono, M.Pd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar