LANDASAN
FILOSOFIS DAN PSIKOLOGIS
PENGEMBANGAN KURIKULUM
PENGEMBANGAN KURIKULUM
Pendidikan
mempunyai peran sangat penting dalam keseluruhan aspek kehidupan manusia. Hal
itu disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan manusia.
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang cukup sentral
dalam seluruh kegiatan pendidikan, menentukan proses plaksanaan dan hasil
pendidikan. Penyusunan kurikulum tidak dilakukan dengan sembarangan.
Penyususnan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang disasarkan
dengan hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam.
Ada
beberapa landasan utama dalam pengembangan suatu kurikulum yaitu landasan
filosofis, landasan psikologis, landasan social budaya, serta pengembangan ilmu
dan teknologi.
A.
Landasan
Filosofis
Secara harfiyah filosofis (filsafat) berarti “cinta
akan kebijakan”. Pemikiran dalam filsafat sering disebut sebagai pemikiran
radikal, atau berfikir sampai ke akar-akarnya. Berfilsafat diartikan juga
berfikir secara radikal, berfikir sampai ke akar. Secara akademik, filsafat
berarti upaya untuk menggambarkan dan menyatakan suatru pandangan yang
sistematis tentang alam semesta dan kedudukan manusia di dalamnya. Berfilsafat
berarti menangkap synopsis pristiwa-pristiwa yang simpang siur dalam pengalaman
manusia.
Ada tiga cabang besar filsafat, yaitu metafisika yang membahas segala yang ada
di dalam alam ini, epistemology yang
membahas kebenaran dan aksiologi yang
membahas nilai.
Filsafat membahas segala permasalahan yang dihadapi
oleh manusia termasuk dalam masalah-masalah pendidikan ini yang disebut
filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan ini hanya merupakan aplikasi dari
pemikiran-pemikiran filosofis untuk memecahkan masala-masalah pendidikan.
Ciri utama fisafat
Dewey adalah konsepsinya tentang dunia yang selalu berubah, mengalir, atau on going-ness. Ciri lain filsafat Dewey
adalah anti dualistic. Pandangannya tentang dunia adalah monistik dan tidak
lebih dari sebuah hipotesis.
Filsafat Dewey lebih
berkenan dengan epistemology dan tekanannya kepada proses berfikir. Dalam
filsafat Dewey kebenaran itu terletak dalam perbuatan atau truthis in the making, yaitu adanya persesuaian antara hipotesis
dan kenyataan.
Dewey sangat menghargai
peranan pengalaman, merupakan dasar bagi pengetahuan dan kebijakan. Pengalaman
itu mencakup segala aspek kegiatan manusia, baik yang berbentuk aktif maupun
yang pasif.
Tujuan perkembangan
manusia adalah self realization. Pengertian
self bagi Dewey adalah sesuatu yang
kongkret bersifat empiris tidak dapat dipisahkan dari pengalaman dan
lingkungan. Self realization hanya
dapat diperoleh melalui pengalaman dan interaksi dengan yang lain.
Pendidikan menurut John
Dewey adalah perkembangan sejak lahir hingga menjelang kematian. Jadi,
pendidikan itu juga berarti kehidupan. Ini berarti bahwa proses pendidikan itu
tidak mempunyai tujuan di luar dirinya, tetapi terdapat dalam pendidikan itu
sendiri. Pendidikan itu merupakan organisasi pengalaman hidup, pembentukan
kembali pengalaman hidup, dan juga perubahan pengalaman hidup sendiri.
Pendidikan merupakan
suatu lembaga yang konstruktif untuk memperbaiki masyarakat. Realisasi
pendidikan dalam bentuk perkembangan bukan hanya perkembangan anak dan
pemuda-pemuda melainkan juga perkembangan masyarakat. Tujuan pendidikan
diarahkan untuk mencapai suatu kehidupan yang demokratis. Tujuan pendidikan
merupakan usaha agar individu melanjutkan pendidikannya. Tujuan pendidikan
terletak pada proses pendidikan itu sendiri, yakni kemempuan dan keharusan
individu meneruskan perkembangannya.
Sekolah sebagai lingkungan
yang khusus hendaknya memberikan penghasilan social, dengan cara mendorong
kegiatan-kegiatan yang bersifat interistik, dalam suatu arah yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat melalui imitasi, persaingan sehat, kerja sama, dan
memperkuat control. Dalam sekolah progresif, yaitu sekolah-sekolah yang
menerapkan system pendidikan Progresif dari Jhon Dewey, sumber dari control social
terletak pada sifat kegiatan yang berisikan kerja sama social.
B.
Landasan
Psikologis
Kondisi psikologis setiap individu berbeda, karena
perbedaan terhadap perkembangannya, latar belakang social-budayanya, dan juga
karna perbedaan factor-faktor yang dibawa dari kelahirannya. Interaksi pendidikan
di rumah sangatlah berbeda dangan di sekolah, interaksi antara anak dengan guru
pada jenjang sekolah dasar berbeda dengan jenjang sekolah lanjutan pertama dan
sekolah lanjutan atas.
Peserta didik adalah individu yang sering berada
dalam proses perkembangan. Tugas utama yang sesungguhnya dari pada pendidik
adalah membantu perkembangan peserta didik secara optimal. Perkembangan atau
kemajuan-kemajuan yang dialami anak sebagai besar terjadi karena usaha belajar,
baik berlangsung melalui proses peniruan, pengingatan, pembiasaan, pemahaman,
penerapan, maupun pemecahan masalah. Pendidik atau guru melakukan berbagai upaya,
dan menciptakan kegiatan dengan dukungan berbagai alat bantu pengajaran agar
anak-anak belajar. Cara belajar mengajar mana yang dapat memberikan hasil
secara optimal serta bagai mana proses pelaksanaannya membutuhkan studi yang sistematik
dan mendalam.
Studi yang demikian merupakan bidang pengkajan dari
Pisikologi Belajar. Jadi, minimal harus ada dua bidang psikologi yang
mendasarkan perkembangan kurikulum, yaitu Psikologi Perkembangan dan Psikologi
Belajar.
Psikologi perkembangan
membahas perkembangan individu sejak masa konsepsi, yaitu masa pertemuan
spermatozoid dengan sel telur, sampai dengan dewasa.
a.
Metode Dalam
Psikologi Perkembangan
Pengetahuan tentang perkembangan individu diperoleh
melalui studi yang bersifat longitudinal, cross
sectional, psikoanalitik, sosiologik, atau studi khusus.
Studi longitudinal menghimpus informasi tentang
perkembangan individu melalui pengamatan dan pengkajian perkembangan sepanjang
masa perkembangan anak, dari saat lahir hingga dewasa. Metode cross sectional mempelajari beribu-ribu anak dari berbagai
tingkatan usia, mencatat ciri-ciri fisik dan mental, pola perkembangan dan
kemampuan, serta prilaku anak. Studi psikoanalitik mempelajari perkembangan
anak pada masa-masa sebelumnya, terutama pada masa kanak-kanak (balita). Metode
sosiologik mempelajari perkembangan anak dari tuntunan akan tugas-tugas yang
harus dihadapi dan dilakukan dalam masyarakat. Merode khusus tentang
perkembangan kognitif anak.
Individu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisah-pisahkan, untuk mempermudah penelitian, biasanya pembahasan dilakukan
per aspek perkembangan. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek
kepribadiannya. Para ahli psikologi perkembngan tidak selalu mempunyai pendapat
yang sama tentang perkembangan.
Adanya perbedaan-perbedaan sering menimbulkan
kebingungan pada guru, tetapi justu akan memperluas dan memperkaya pengetahuan
para pemakai teori-teori perkembngan anak.
b.
Teori
Perkembangan
Ada
tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan individu, yaitu:
1)
Pendekatan Pentahapan
(stage approach)
Perkembangan individu berjalan melalui tahap-tahap
perkembangan. Setiap tahap perkembangan mempunyai karakteristik tertentu yang
berbeda dengan tahap yang lainnya.
2)
Pendekatan Diferensial
(differential approach)
Bahwa individu memiliki persamaan dan perbedaan. Atas
dasar persamaan dan perbedaan tersebut individu dikatagorikan atas kelompok-kelompok
yang berbeda.
3)
Pendekatan Ipsatif
(ipsative approach)
Pendekatan yang berusaha melihat karakteristik
individu-individu inilah yang dikelompokan sebagai pendekatan ipsatif.
Psikologi belajar merupakan
suatu studi tentang bagai mana individu belajar. Secara sederhana, belajar dapat
diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi melalui pengalaman. Segala
perubahan tingkah laku baik yang berbentuk kognitif, afektif, maupun psikomotor
dan terjadi karena peroses pengalaman dapat dikatagorikan sebagai prilaku belajar.
Di dalam psikologi belajar
terdapat tiga teori yang dikemukakan Morris L. Bigge dan Maurice P. Hunt (1980),
yaitu Teori Disiplin Mental, Teori Behaviorisme, dan Teori Cognitive Gestalt Field.
Sukmadinata, Nana
Syaodih. (2011). PENGEMBANGAN KURIKULUM, Teori dan Praktek. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset.
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan
Nilai
Pada Mata Kuliah Pembelajaran PKN di SD
Dosen: Dirgantara Wicaksono, M.Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar