wahai ayah yang ingin menikahkan anak gadisnya kepada seorang pria pilihannya, harap baca dan berikan ini kepada calon menantu mu, semoga calon menantu mu menjaga dan membahagiakan anak kesayangan mu
UNTUK
CALON MENANTU ANAK KU
Untuk orang yang akan menemani putriku, yang akan menua bersama hingga maut
datang menjemput.
Halo, nak. Sebelumnya aku tidak pernah bertemu denganmu, tapi aku tahu
bagaimana efek kehadiranmu di hidup putriku karena aku melihat ada perubahan di
diri putriku. Tahukah kamu kalau dia jadi lebih lama ketika mandi? Aku tahu
setiap kali ia membawa berbagai produk kecantikannya masuk ke kamar mandi, dia
pasti akan menghabiskan waktu yang lama di kamar mandi. Tahukah kamu dia
menghabiskan waktunya di depan laptop untuk belajar membuat masakan kesukaanmu?
Satu kali, dua kali, tiga kali dia mencoba dan aku-serta istriku-dan seisi
keluarga sering jadi kelinci percobaannya. Tahukah kamu bahwa dia sering grogi
sebelum pergi bersamamu? Dia menghabiskan waktu berjam-jam di kamarnya cuma
memilih baju terbaik dan dandan secantik mungkin. Padahal menurutku, apapun
yang dipakai putriku, ia selalu terlihat cantik. Tahukah kamu bahwa dia sering
pulang, masuk ke rumah dengan senyum yang sangat lebar setiap kali pulang dari
pergi bersamamu? Senyum itu dulu cuma jadi milikku dan istriku, ketika kami
membelikannya boneka kesukaannya. Senyum itu cuma jadi milikku dan istriku
ketika ia tampil di pentas sekolah dan berhasil menemukan kami di tengah
keramaian.
Aku tidak marah, aku juga tidak iri. Aku tahu suatu hari, momen ini akan
datang. Momen dimana aku akan memegang tangannya untuk yang terakhir kali dan
menyerahkannya kepadamu. Momen dimana aku akan pensiun jadi pahlawannya dan
kamu yang akan menggantikan peranku itu. Walau aku tahu, dia akan selalu
menganggapku sebagai pahlawan nomor satu dalam hidupnya. Tapi, percayalah, nak.
Dia juga akan mengandalkan dirimu.
Jadi, aku cuma ingin berpesan. Maafkan kalau
aku memang cerewet, tapi percayalah, istriku bisa menulis sebuah novel 1.000
halaman dan aku mungkin hanya akan menulis dua sampai tiga halaman saja. Nak,
putriku mungkin bukan perempuan paling sempurna yang akan kamu temui di dunia,
dia juga bukan perempuan paling cantik yang mungkin hadir di hidupmu. Tapi kamu
harus yakin dan percaya sebelum menghabiskan sisa hidupmu bersama dirinya, dia
lah satu-satunya perempuan yang memang pas dan cocok untuk hidup bersamamu
setiap hari. Yakinkan dirimu bahwa dia satu-satunya perempuan yang bisa
membantumu menjadi lelaki yang lebih kuat, lebih baik dan lebih dewasa setiap
hari. Aku tahu, hidup kalian nanti tidak akan selalu penuh dengan tawa seperti
yang kalian jalani sekarang, tapi aku ingin kalian berdua tetap memegang erat
tangan satu sama lain, jangan pernah lepaskan, sehebat apapun badai yang
menerpa kalian.
Tolong pertahankan senyum lebar yang selalu ia pasang setelah bertemu
dirimu, karena aku dan istriku tidak akan selalu di sana untuk membuatnya
tersenyum.
Tolong bantu dia untuk berdiri dan berjalan, bahkan berlari ketika dia
terjatuh seperti yang aku dan istriku lakukan ketika dia masih jadi putri kecil
kami.
Tolong tegur dan peringati putriku kalau dia
memang berjalan ke arah yang salah, seperti yang aku dan istriku lakukan ketika
dia salah mengambil jalan dalam hidup.
Yang terpenting, buat putriku selalu merasa dia berada di rumah ketika
bersamamu. Tidak ada yang lebih penting selain rumah karena di sana tempat
kalian berteduh, berlindung dan berkumpul bersama. Rumah adalah tempat pelarian
terakhirmu. Buat dia nyaman, buat dia bahagia karena aku dan istriku tidak akan
selalu di sini untuk membahagiakannya. Aku tidak bisa memberikan cinta seperti
yang kamu berikan kepadanya, jadi aku yakin kamu punya kemampuan untuk mengerti
dirinya.
Baiklah, aku sekarang sudah terdengar seperti istriku. Terima kasih sudah
mendengarkan pesan panjangku ini. Aku sudah lebih lega sekarang seraya melihat
kalian berdua menua bersama-sama.
Ditulis penuh rasa syukur dan bahagia,
Calon Ayah Mertuamu.
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan
Nilai
Pada Mata Kuliah Pembelajaran PKN di SD
Dosen: Dirgantara Wicaksono, M.Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar